Rabu, 28 November 2012

Shalat Tahajud

Shalat malam merupakan sebaik-baik shalat sesudah salat fardhu,amal yang dapat mendekatkan kepada Nya, mendatangkan rahmat dan maghfirah-Nya serta menimbulkan kasih sayang dan ampunan-Nya. Di segi yang lain, shalat malam mempunyai pengaruh yang baik pada fisik. Bagi orang yang membiasakan shalat malam berarti ia telah membiasakan dirinya disiplin, di pagi hari badannya akan terasa ringan, segar dan cerdas,sehat wal afiat yang dapat menjadikan jiwanya tenang dan bersih. Inilah diantara keutamaan shalat malam atau shalat Tahajjud.

1. Shalat malam mengangkat derajat Mukminin ke maqam yang terpuji dan menumbuhkan kesabaran yang mendalam.
Firman Allah Subhaanahu wata’aala :
“Dan pada sebagian malam shalat tahajjudlah kamu, sebagai ibadah tambahan bagimu, semoga Rabbmu mengangkat derajatmu ke tempat yang terpuji.”
(QS al-Israa’, 17: 79)
“Maka bersabarlah kamu (untuk malaksanakan) ketetapan Rabbmu dan janganlah kamu ikuti orang-orang yang berdosa, dan orang-orang yang kafir di antara mereka. Dan sebutlah nama Rabbmu (pada waktu) pagi dan petang.” (QS al-Insan, 76: 24-26)


2. Shalat malam menjadikan jiwa khusyuk dan tenang dan memberi kehebatan dan kefasihan dalam bicara disebabkan kebenarannya.
Allah Subhaanahu wata’aala berfirman:
Wahai orang yang berselimut. Bangunlah di malam hari (untuk shalat), kecuali sedikit (daripadanya), yaitu seperduanya atau kurangi sedikit dan seperduanya atau lebih sedikit.. atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.(QS al-Muzzammil, 73: 1-6)


3. Shalat malam dapat memasukkan seseorang ke dalam Jannah
Allah Subhaanahu wata’aala berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam kebun-kebun yang dikelilingi oleh mata air. Mereka menerima segala pemberian dari Rabb mereka, sebab dahulu sebelum itu mereka selalu berbuat kebaikan, bahkan dahulu mereka sedikit sekali tidur di waktu malam dan selalu memohon ampun di waktu pagi sebelum fajar.” (QS adz-Dzaariyat, 51: 15-18)

 4. Sholat malam sebagai barometer keimanan.
Allah Subhaanahu wata’aala berfirman:
Sesungguhnya orang yang benar-benar beriman kepada ayat-ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat itu, mereka segera tunduk sambil bersujud, bertasbih kepada Rabbnya, sedang mereka jauh dari tempat tidurnya, mereka berdo‘a kepada Rabbnya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian rizki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS as-Sajdah, 32: 15-16)
 
5. Shalat malam mengundang pujian dari Allah
Firman Allah I:
Dan hamba-hamba Allah Yang Maha Pengasih ialah mereka yang berjalan di bumi dengan merendah diri, dan apabila diganggu oleh pembicaraan orang yang bodoh, mereka menjawab dengan ucapan yang baik. Mereka itu semalaman beribadah kepada Rabb mereka baik dengan sujud maupun dengan berdiri.” (QS al-Furqan, 25: 63-64)
 
6. Shalat malam adalah kebiasaan orang shalih, jalan Muraqabah ilallah, penebus dosa dan menyembuhkan penyakit badan.
Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Kerjakanlah shalat malam, sebab ia adalah kebiasaan orang-orang shalih sebelum kamu dahulu, juga sebagai suatu jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah, sebagi penebus dosa serta dapat menghalau penyakit dari badan.”
(HR at-Tirmidzi – no: 3472; Fiqh Sunnah 1/169)

7. Shalat malam meningkatkan kemuliaan seorang mu’min
Diriwayatkan bahwa malaikat Jibril a.s datang kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam lalu berkata:
Wahai Muhammad, hiduplah sesukamu tetapi engkau pasti mati, berbuatlah sesukamu tetapi engkau pasti dibalas menurut perbuatanmu itu, cintailah siapa saja yang engkau kehendaki, tetapi engaku pasti berpisah dengannya. Ketahuilah bahwa kemuliaan seorang mukmin itu terletak pada shalat malamnya, dan kebesarannya terletak pada ketidaktergantungannya kepada sesama manusia.”
(HR ath-Thabrani, Mu’jam al Ausath 4/306; Majma’ az Zawaa-id 10/219; at Targhiib wa at Tarhiib 1/243 & 333; Hilyat-ul-Auliyaa’ 3/253; Fiqh Sunnah 1/169)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar